KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Nyeri” ini dengan lancar. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kulaih Kebutuhan
Dasar Manusia (KDM) semester I, program diploma III jurusan Perawat yang
diberikan oleh dosen mata kuliah KDM Mia Rohaimah Husada, SKp.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data
sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Nyeri,
serta informasi dari media massa lainnya,
tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada :
1.
Orang tua dan keluarga yang telah mendoakan dan mendukung kami, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan
2.
Ibu Mia Rohaimah Husada, SKp, selaku dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia atas segala bimbingan dan saran yang telah diberikan selama penyusunan
makalah ini.
3.
Semua pihak yang tidak bias disebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah
ini, kami menemui beberapa kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan,
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat member
manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai
Nyeri, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik.
Bogor, 17 September
2010
Penulis
daftar isi
Nyeri, satu kata yang singkat
dan simpel, akan tetapi ketika dibahas akan menghasilkan telaah yang panjang
dan menarik untuk diuraikan. Satu kata yang sering menjadi keluhan seseorang
yang dirawat di pelayanan kesehatan, satu kata yang mengganggu, mengusik
kenyamanan seseorang. Keunikannya membuat satu sama lain berbeda dalam
mengartikan dan merasakan kedatangannya.
Keluhan nyeri merupakan keluahan
yang paling umum kita temukan ketika
kita sedang melakukan tugas kita sebagai bagian dari tim kesehatan, baik itu di
tataran pelayanan rawat jalan maupun rawat inap, yang karena seringnya keluhan
itu kita temukan kadang kala kita sering menganggap hal itu sebagai hal yang
biasa sehingga perhatian yang kita berikan tidak cukup memberikan hasil yang
memuaskan di mata pasien.
Nyeri sesunggguhnya tidak hanya
melibatkan persepsi dari suatu sensasi, tetapi berkaitan juga dengan respon
fisiologis, psikologis, sosial, kognitif, emosi dan perilaku, sehingga dalam
penangananyapun memerlukan perhatian yang serius dari semua unsur yang terlibat
di dalam pelayanan kesehatan, untuk itu pemahaman tentang nyeri dan
penanganannya sudah menjadi keharusan bagi setiap tenaga kesehatan, terutama
perawat yang dalam rentang waktu 24 jam sehari berinteraksi dengan pasien.
1.1
Latar Belakang
Pembuatan makalah mengenai nyeri ini dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberikan
pada mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia.
Nyeri merupakan
Perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.yang hanya dapat dirasakan oleh
individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain, mencakup pola fikir,
aktifitas seseorang secara langsung, dan perubahan hidup seseorang. Nyeri
merupakan tanda dan gejala penting yang dapat menunjukkan telah terjadinya
gangguan fisiologikal.
1.2
Pembatasan Masalah
Makalah ini
membahas mengenai penyebab dan macam-macam nyeri. Serta membahas mengenai cara
penanggulangannya.
Dengan memperhatikan
latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis memperoleh hasil yang
diinginkan, maka penulis akan membahas tentang nyeri. Hal–hal yang akan penulis
bahas hanyalah tentang :
- Definisi nyeri
- Tipe nyeri
- Karakteristik nyeri
- Faktor yang menyebabkan nyeri
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
- Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia
- Untuk menambah pengetahuan tentang nyeri
- Untuk mengetahui karakteristik nyeri
- Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dan cara penanggulangan pada nyeri
- Untuk mengetahui tipe nyeri
1.4 Metode
Penulisan
Dalam
pembuatan makalah ini, menggunakan metode kepustakaan. Mengkaji pustaka
terhadap bahan–bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat
dalam makalah ini. Sebagai referensi juga diperoleh dari situs web internet
yang membahas mengenai Nyeri.
Bab 2: pembahasan
2.1 Definisi Nyeri
Nyeri
merupakan Perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.yang hanya dapat
dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain,
mencakup pola fikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan perubahan hidup
seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat menunjukkan
telah terjadinya gangguan fisiologikal.
Menurut beberapa tokoh atau
sumber :
- IASP 1979 (International Association for the Study of Pain) nyeri adalah “ suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan “, dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri bersifat subyektif dimana individu mempelajari apa itu nyeri, melalui pengalaman yang langsung berhubungan dengan luka (injuri), yang dimulai dari awal masa kehidupannya.
- Pada tahun 1999, the Veteran’s Health Administration mengeluarkan kebijakan untuk memasukan nyeri sebagai tanda vital ke lima, jadi perawat tidak hanya mengkaji suhu tubuh, nadi, tekanan darah dan respirasi tetapi juga harus mengkaji tentang nyeri.
- Sternbach (1968) mengatakan nyeri sebagai “konsep yang abstrak” yang merujuk kepada sensasi pribadi tentang sakit, suatu stimulus berbahaya yang menggambarkan akan terjadinya kerusakan jaringan, suatu pola respon untuk melindungi organisme dari bahaya.
- McCaffery (1979) mengatakan nyeri sebagai penjelasan pribadi tentang nyeri ketika dia mengatakan tentang nyeri “ apapun yang dikatakan tentang nyeri dan ada dimanapun ketika dia mengatakan hal itu ada “.
- Tamsuri (2007) Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
2.2 Tipe Nyeri
Pada tahun 1986, the National
Institutes of Health Consensus Conference on Pain mengkategorisasikan nyeri
menjadi tiga tipe yaitu Nyeri akut merupakan hasil dari injuri akut, penyakit
atau pembedahan, Nyeri kronik non keganasan dihubungkan dengan kerusakan
jaringan yang dalam masa penyembuhan atau tidak progresif dan Nyeri kronik
keganasan adalah nyeri yang dihubungkan dengan kanker atau proses penyakit lain
yang progresif.
Respon terhadap nyeri meliputi
respon fisiologis dan respon perilaku. Untuk nyeri akut repon fisiologisnya
adalah adanya peningkatan tekanan darah (awal), peningkatan denyut nadi,
peningkatan pernapasan, dilatasi pupil, dan keringat dingin, respon perilakunya
adalah gelisah, ketidakmampuan berkonsentrasi, ketakutan dan disstress.
Sedangkan pada nyeri kronis respon fisiologisnya adalah tekanan darah normal,
denyut nadi normal, respirasi normal, pupil normal, kulit kering, dan respon
perilakunya berupa imobilisasi atau ketidak aktifan fisik, menarik diri, dan
putus asa, karena tidak ditemukan gejala dan tanda yang mencolok dari nyeri
kronis ini maka tugas tim kesehatan, perawat khususnya menjadi tidak mudah
untuk dapat mengidentifikasinya.
Karakteristik paling subyektif
pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering
kali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau
parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari
waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
a.
Lokasi
Pengkajian
lokasi nyeri mencakup 2 dimensi :
§
Tingkat nyeri, nyeri dalam
atau superficial
§
Posisi atau lokasi nyeri
§
Nyeri superfisial biasanya
dapat secara akurat ditunjukkan oleh klien; sedangkan nyeri yang timbul dari
bagian dalam (viscera) lebih dirasakan secara umum. Nyeri dapat pula dijelaskan menjadi empat kategori, yang
berhubungan dengan lokasi
§
Nyeri terlokalisir : nyeri
dapat jelas terlihat pada area asalnya
§
Nyeri Terproyeksi : nyeri
sepanjang saraf atau serabut saraf spesifik
§
Nyeri Radiasi : penyebaran
nyeri sepanjang area asal yang tidak dapat dilokalisir
§ Reffered Pain (Nyeri alih) : nyeri dipersepsikan pada area yang
jauh dari area rangsang nyeri.
b. Intensitas
Beberapa
faktor yang mempengaruhi nyeri : Distraksi atau
konsentrasi dari klien pada suatu kejadian Status
kesadaran klien
Nyeri dapat
berupa : ringan, sedang, berat atau tak tertahankan. Perubahan dari intensitas
nyeri dapat menandakan adanya perubahan kondisi patologis dari klien.
c. Waktu
dan Lama (Time & Duration)
Perawat
perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri mulai timbul; berapa lama; bagaimana
timbulnya dan juga interval tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir timbul.
d. Kualitas
Deskripsi
menolong orang mengkomunikasikan kualitas dari nyeri. Anjurkan pasien
menggunakan bahasa yang dia ketahui: nyeri kepala mungkin dikatakan “ada yang
membentur kepalanya”, nyeri abdominal dikatakan “seperti teriris pisau”.
e. Perilaku Non Verbal
Beberapa perilaku
nonverbal yang dapat kita amati antara lain : ekspresi wajah, gemeretak gigi,
menggigit bibir bawah dan lain-lain.
f. Faktor Presipitasi
Beberapa faktor
presipitasi yang akan meningkatkan nyeri : lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan
yang tiba-tiba, stressor fisik dan emosi.
2.5
Penyebab Nyeri
1.
Trauma
a.
Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
b.
Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
c.
Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat
d. Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2.
Neoplasma
a.
Jinak
b.
Ganas
3.
Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan
ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh
pembengkakan. Misalnya : abses
4.
Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
5.
Trauma psikologis
2.6 Faktor yang mempengaruhi respon nyeri
1.
Usia
Anak belum bisa mengungkapkan
nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang
dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan
fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut
kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2.
Jenis
kelamin
Gill (1990) mengungkapkan
laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri,
justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki
mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
3.
Kultur
Orang belajar dari budayanya,
bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu
daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima
karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4.
Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana
pengalaman seseorang terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya.
5.
Perhatian
Tingkat seorang klien
memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut
Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat,
sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik
relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6.
Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi
terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
7.
Pengalaman
masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil
mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia
akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri
tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8.
Pola koping
Pola koping adaptif akan
mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang
maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9.
Support
keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri
seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh
dukungan dan perlindungan
2.7 Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran
tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas
nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas
yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang
yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin
adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,
pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang
nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah
sebagai berikut :
1)
skala intensitas nyeri deskritif2) Skala identitas nyeri numerik
3) Skala analog visual
4) Skala nyeri menurut bourbanis
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat
berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien
mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang
tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak
mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Menurut Tempat
a. Periferal Pain
1. Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)
2. Deep Pain (Nyeri Dalam)
3.
Reffered Pain (Nyeri Alihan)
nyeri yang
dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
b. Central Pain
Terjadi
karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak dll
c. Psychogenic Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari
trauma psikologis.
d.
Phantom Pain
Phantom
Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya
pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat
dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang
tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat.
e. Radiating Pain
Nyeri yang
dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.
2. Menurut Sifat
a. Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang
b. Steady : nyeri timbul
menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama
c. Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali
dan biasanya menetal 10 – 15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul
kembali.
d.
Intractable Pain : nyeri
yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis, pemberian analgetik narkotik
merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan
kecanduan.
3. Menurut Berat
Ringannya
a. Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
b. Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan
psikologis
c.
Nyeri Berat : dalam
intensitas tinggi
4. Menurut Waktu Serangan
Terdapat
beberapa cara untuk mengklasifikasikan tipe nyeri. Pada tahun 1986, The
National Institutes of Health Concencus Conference of Pain mengkategorikan
nyeri menurut penyebabnya. Partisipan dari konferensi tersebut mengidentifikasi
3 (tiga) tipe dari nyeri : akut, Kronik Malignan dan Kronik Nonmalignan. Nyeri
akut timbul akibat dari cedera akut, penyakit atau pembedahan. Nyeri Kronik
Nonmalignan diasosiasikan dengan cedera jaringan yang tidak progresif atau yang
menyembuh. Nyeri yang berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif disebut
Chronic Malignant Pain. Meskipun demikian, perawat biasanya berpegangan
terhadap dua tipe nyeri dalam prakteknya yaitu akut dan kronis :
1. Nyeri Akut
Nyeri akut
biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien yang mengalami nyeri akut baisanya menunjukkan
gejala-gejala antara lain : perspirasi meningkat, Denyut jantung dan Tekanan
darah meningkat, dan pallor
2.Nyeri Kronis
Nyeri
kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan klien
sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.
2.8
Cara Mengatasi
Nyeri
Tindakan
Farmakologis
Umumnya nyeri direduksi dengan cara pemberian terapi
farmakologi. Nyeri ditanggulangi dengan cara memblokade transmisi stimulant nyeri agar terjadi perubahan persepsi dan dengan
mengurangi respon kortikal terhadap nyeri
Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah :
Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah :
1.
Analgesik Narkotik
Opiat merupakan obat yang paling umum digunakan untuk
mengatasi nyeri pada klien, untuk nyeri sedang hingga nyeri yang sangat berat.
Pengaruhnya sangat bervariasi tergantung fisiologi klien itu sendiri. Klien
yang sangat muda dan sangat tua adalah yang sensitive terhadap pemberian
analgesic ini dan hanya memerlukan dosisi yang sangat rendah untuk meringankan
nyeri (Long,1996).
Narkotik dapat menurunkan tekanan darah dan menimbilkan
depresi pada fungsi – fungsi vital lainya, termasuk depresi respiratori,
bradikardi dan mengantuk. Sebagian dari reaksi ini menguntungkan contoh :
hemoragi, sedikit penurunan
tekanan darah sangan dibutuhkan. Namun pada
pasien hipotensi akan menimbulkan syok akibat dosis yang berlebihan.
2.
Analgesik Lokal
Analgesik bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat
diberikan langsung ke serabut saraf.
3.
Analgesik yang
dikontrol klien
Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari Infus
yang diisi narkotik menurut resep, dipasang dengan pengatur pada lubang injeksi
intravena. Pengandalian analgesik oleh klien adalah menekan sejumlah tombol
agar masuk sejumlah narkotik. Cara ini memerlukan alat khusus untuk mencegah
masuknya obat pada waktu yang belum ditentukan. Analgesik yang dikontrol klien
ini penggunaanya lebih sedikit dibandingkan dengan cara yang standar, yaitu
secara intramuscular. Penggunaan narkotik yang dikendalikan klien dipakai pada
klien dengan nyeri pasca bedah, nyeri kanker, krisis sel.
4.
Obat – obat
nonsteroid
Obat – obat nonsteroid antiinflamasi bekerja terutama
terhadap penghambatan sintesa prostaglandin. Pada dosis rendah obat – obat ini
bersifat analgesic. Pada dosis tinggi, obat obat ini bersifat antiinflamatori
sebagai tambahan dari khasiat analgesik. Prinsip kerja obat ini adalah untuk
mengendalikan nyeri sedang dari dismenorea, arthritis dan gangguan
musculoskeletal yang lain, nyeri postoperative dan migraine.
NSAID digunakan untuk menyembuhkan nyeri ringan sampai sedang.
Tindakan
Non Farmakologis
Menurut Tamsuri (2006), selain tindakan farmakologis untuk
menanggulangi nyeri ada pula tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri
terdiri dari beberapa tindakan penaganan berdasarkan :
1.
Penanganan
fisik/stimulasi fisik meliputi :
Stimulasi Kulit (Cutaneus)
Kompres hangat
Kompres hangat
- Dapat dilakukan dengan menempelkan kantong karet yang diisi air hangat atau handuk yang telah direndam di dalam air hangat, ke bagian tubuh yang nyeri.
- Sebaiknya diikuti dengan latihan pergerakan atau
pemijatan.
·
Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah
pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot
tubuh lebih rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar
pasokan aliran darah.
Kompres dingin
Yang digunakan
adalah kantong berisi es batu (cold pack), bisa juga berupa handuk
yang dicelupkan ke dalam air dingin.
·
Dampak fisiologisnya adalah vasokonstriksi
(pembuluh darah penguncup) dan penurunan metabolik, membantu mengontrol
perdarahan dan pembengkakan karena trauma, mengurangi nyeri, dan menurunkan aktivitas
ujung saraf pada otot.
Melakukan
kompres harus hati-hati karena dapat menyebabkan jaringan kulit mengalami
nekrosis (kematian sel). Untuk itu dianjurkan melakukan kompres dingin tidak
lebih dari 30 menit.
Ø
Massase
Massase kulit
memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan masase otot
ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar, sehingga mampu mampu
memblok atau menurunkan impuls nyeri
Ø
Stimulasi electric (TENS)
Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu
pemikiran adalah cara ini bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok
stimulasi nyeri. Bisa dilakukan dengan massase, mandi air hangat, kompres
dengan kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS/ transcutaneus
electrical nerve stimulation). TENS merupakan
stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan
melalui elektroda luar.
§ Akupuntur
Akupuntur merupakan pengobatan
yang sudah sejak lama digunakan untuk mengobati nyeri. Jarum – jarum kecil yang
dimasukkan pada kulit, bertujuan menyentuh titik-titik tertentu, tergantung
pada lokasi nyeri, yang dapat memblok transmisi nyeri ke otak.
§ Plasebo
Plasebo dalam bahasa latin berarti saya ingin menyenangkan merupakan
zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh klien sebagai
“obat” seperti kaplet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya.
2.
Intervensi perilaku
kognitif meliputi :
Ø Intervensi
Secara umum
intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri dibagi menjadi 2 bagian
besar, yaitu :
1. Non Farmakologik intervention : Distraksi, Relaksasi, Stimulasi
Kutaneus
2. Farmakologi Intervention
§ Relaksasi
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan keteganggan otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan bebrapa kali agar mencapai hasil optimal. Dengan relaksasi pasien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri.
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan keteganggan otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan bebrapa kali agar mencapai hasil optimal. Dengan relaksasi pasien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri.
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan
memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
- Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress
- Menurunkan nyeri otot
- Menolong individu untuk melupakan nyeri
- Meningkatkan periode istirahat dan tidur
- Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
- Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyerI
Stewart (1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi berikut :
- Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru
- Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut
- Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu
- Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
- Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot lain
- Setelah klien merasa relaks,
klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi hebat klien
dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
Ø Umpan balik
biologis
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu
informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol
volunter terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan
otot dan migren, dengan cara memasang elektroda pada pelipis.
§ Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
§ Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur)
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur)
Beberapa
teknik distraksi, antara lain :
- Nafas lambat, berirama
- Massage and Slow, Rhythmic Breathing
- Rhytmic Singing and Tapping
- Active Listening
- Guide Imagery
Ø
Guided Imagery (Imajinasi terbimbing)
Meminta klien berimajinasi membayangkan hal-hal yang
menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang tenang serta konsentrasi dari klien. Apabila klien mengalami
kegelisahan, tindakan harus dihentikan. Tindakan ini dilakukan pada saat klien
merasa nyaman dan tidak sedang nyeri akut.
Bab 3: penutup
3.1 Kesimpulan
Manajemen
nyeri harus menggunakan pendekatan yang holistik/ menyeluruh, hal ini karena
nyeri mempengaruhi keseluruhan aspek kehidupan manusia, oleh karena itu kita
tidak boleh hanya terpaku pada satu pendekatan saja tetapi juga menggunakan
pendekatan-pendekatan yang lain yang mengacu kepada aspek kehidupan manusia
yaitu biopsikososialkultural dan spiritual, pendekatan non farmakologik dan
pendekatan farmakologik tidak akan berjalan efektif bila digunakan
sendiri-sendiri, keduanya harus dipadukan dan saling mengisi dalam rangka
mengatasi/ penanganan nyeri pasien.
Pasien adalah individu-individu yang berbeda yang berespon secara berbeda terhadap nyeri, sehingga penangananyapun tidak bisa disamakan antar individu yang satu dengan yang lainnya.
Pasien adalah individu-individu yang berbeda yang berespon secara berbeda terhadap nyeri, sehingga penangananyapun tidak bisa disamakan antar individu yang satu dengan yang lainnya.
Pengkajian
yang tepat, akurat tentang nyeri sangat diperlukan sebagai upaya untuk mencari
solusi yang tepat untuk menanganinya, untuk itu pengkajian harus selalu
dilakukan secara berkesinambungan, sebagai upaya mencari gambaran yang terbaru
dari nyeri yang dirasakan oleh pasien.
3.2 Saran
1.
Perlunya
dikembangkan cara-cara lainnya untuk penanganan terhadap nyeri.
2.
Pensosialisasian tentang nyeri
harus di tingkatkan lagi agar
masyarakat indonesia paham betul dengan pengertian nyeri sesungguhnya .
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin. (1997). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC. Hlm : 123-136.
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/11/manajemen-nyeri/
Prasetyo Nian Sigit. (2010). Konsep dan Proses
Keperawatan Nyeri. Jakarta : Graha Ilmu
oh ia,,,
BalasHapusgimana cara teknik relaksasi itu bisa berkurang,,,
dengan pemberian teknik relaksasi terhadap guided imagery